Pasalnya jilid pertama AADC yang tayang di 2002 benar-benar menjadi standar sebuah film cinta remaja yang bagus di era kekinian. Bahkan bisa dibilang, film itu adalah salah satu karya anak bangsa, yang mampu menghidupkan industri sinema lokal, yang saat itu mati suri dalam waktu lama.
Saat tahun lalu ada aplikasi chat online membeli lisensi cerita ini untuk membuat kisah lanjutan dalam bentuk video series, spontan respons terhadap tayangan film pendek itu booming di Internet. Orang membludak, beramai-ramai menyaksikan kisah lanjutan percintaan Cinta dan Rangga yang sebenarnya belum tuntas di film yang tayang di 2002 itu.
Melihat animo masyarakat yang demikian besar, duo sineas Mira Lesmana dan Riri Riza bersepakat, bahwa kelanjutan kisah AADC memang harus dibuat dalam versi yang lebih panjang.
Baca juga : Kekuatan Captain Amerika yang Iron Man Tidak Miliki
Kini setelah AADC 2 hadir, akankah ekspektasi masyarakat terhadap film itu mampu terpuaskan? Atau malah kisah kedua ini akan jeblok di pasaran, dan membuat image kisah asmara Cinta dan Rangga yang terjalin demikian bagus di film pertama, akan hancur?
Namun setelah kami menyaksikan film lanjutannya, dengan hati gembira kami bisa menjawab: bravo! Kisah Cinta dan Rangga di babak kedua sangat tidak mengecewakan, bahkan dijamin akan mampu menarik fans baru, anak-anak muda zaman ini, yang di 2002 mungkin belum sempat menyaksikan kisah pertama film ini.
Berikut ini adalah 4 alasan kuat, mengapa penggemar AADC 1 harus pergi ke bioskop, untuk menyaksikan AADC 2. Jangan khawatir, tak ada spoiler dalam artikel ini, karena kisi-kisi yang diungkap, adalah fakta yang sudah dibuka Miles Films di trailer AADC2 di youtube.
1. Chemistry kuat Cinta dan Rangga
Saat akan menyaksikan film ini, ada sedikit keraguan akankah chemistry antara Cinta dan Rangga yang demikian kuat di film pertama, bisa dimunculkan kembali oleh Dian Sastro dan Nicholas Saputra di film babak kedua?
Untungnya semua keraguan itu luntur hanya dengan menyaksikan 30 menit pertama dari film berdurasi kurang lebih dua jam ini. Meski sudah 14 tahun, tak lagi memerankan sosok Cinta, Dian dengan sangat baik dapat kembali menampilkan karakter gadis itu.
Cinta adalah sosok wanita yang (ingin terlihat) kuat, jaim, ingin selalu menang ketimbang yang lain, namun di sisi lain, penyayang dan tak pernah bisa lepas diri dari pesona seorang pria kaku, dingin, sinis namun romantis bernama Rangga.
Sementara jam terbang Nicholas yang tinggi berkat tempaan film-film sebelumnya, membuat karakter Rangga yang kini hadir, mampu muncul sebagai figur lebih dewasa, meski tetap apatis pada banyak hal, namun perlahan bertransformasi menjadi pria yang lebih mampu menerima perbedaan, meski kesan cool dalam dirinya tak jua menghilang.
Banyak orang bertanya-tanya, kira-kira apa kalimat yang akan diucapkan Cinta dan Rangga setelah sekian lama tak bertemu? Akankah kaku, akankah basi, akankah pas untuk membuka sebuah kebekuan yang terlalu lama mengeras. Namun ternyata kalimat pembuka yang dipilih sang penulis naskah sangat bagus, dan dapat mencairkan semua kebuntuan.
Chemistry kuat Cinta dan Rangga di film jilid satu masih dengan mudah kita temukan kembali di film ini, misalnya tentang gesture tubuh bagaimana saat Cinta ingin selalu berada di dekat Rangga, namun terlalu gengsi untuk mengakui, atau tentang bagaimana Rangga ingin selalu dekat dengan Cinta, namun pria pendiam ini tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.
Kisah tentang dua anak manusia yang sebenarnya saling cinta, namun terbentur perbedaan karakter, yang membuat mereka saling menjauh dan terkesan menghindar.
Untungnya, kemahiran Riri Riza dalam mengolah bahasa gambar sangat bagus, membuat struktur penggambaran dan pembabakan naik turunnya emosi antara kedua karakter utama, dapat kita lihat terlajin natural. Membuat kita sebagai penonton, dengan mudah kembali jatuh cinta pada dua karakter ini.
Meski tak lagi dibidani sutradara orisinil film AADC, Rudy Soejarwo, namun jalinan kisah antara masing-maisng tokoh tidak putus, mereka mendewasa dalam porsi yang pas, seiring dengan pertambahan usia para penonton yang memuja film ini di tahun 2002 dulu.
2. Keindahan lokasi
Selain kemahiran sineas kawakan dan chemistry kuat antara pemain utama film ini, faktor lain yang akan membuat hati penonton luluh di film ini adalah pemilihan set lokasi indah yang ditampilkan.
Film ini mengambil tiga lokasi syuting, yakni di New York, Jakarta, dan Yogyakarta. Khusus untuk tempat yang terakhir, film ini seolah-olah mengajak kita traveling menikmati tempat-tempat indah di Kota Gudeg, sesuatu yang membuat greget film ini makin menguat.
3. Soundtrack yang menghidupkan emosi
Lagi-lagi Melly Goeslaw dan Anto Hoed memainkan jari-jari terampilnya untuk membuat nada dan lirik yang menggugah di film AADC 2. Meski tak semua lagu yang ditampilkan adalah karya baru, namun beberapa soundtrack dari film pertama yang kembali ditampilkan, justru membuat memori kita melayang, bernostalgia betapa mendalamnya lagu-lagu AADC 1 yang sempat lekat di benak kepala.
Untuk soundtrack utama film jilid 2 ini, Melly berduet dengan penyanyi pendatang baru, Marthino Lio dalam lagu Ratusan Purnama.
4. Jalinan cerita yang kuat
Meski di sana-sini film ini menebar sisipan produk iklan sponsor yang mengganggu, namun kalau mau dilihat secara keseluruan, jalan cerita yang ditampilkan sangat menggugah.
Di sini kita dapat melihat bahwa ending cerita yang ditampilan tidak stagnan berdiri di satu titik diam, atau alih-alih tak beda dari akhiran film pertama, di mana masih banyak pertanyaan belum terjawab antara kisah asmara Cinta dan Rangga. Satu kata yang dapat diungkap, ending cerita ini: keren.
Kesimpulan akhir, film AADC 2 adalah salah satu karya sinema terbaik tahun ini, dan kami tak heran, jika nanti tiket penjualan film ini mampu merajai total penjualan karcis film di 2016, karena film ini memang pantas untuk ditonton lebih dari sekali.
0 komentar:
Posting Komentar